Selasa, 29 Maret 2016

EFEKTIFITAS PROGRAM “CAR FREE DAY” UNTUK KEGIATAN OLAHRAGA MASYARAKAT

1.   Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
            Olahraga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk prestasi, kesehatan, pendidikan, dan lain – lain. Banyak macam olahraga tapi pada tema ini akan membahas car free day yang merupakan olaraga rekreasi 
            Car free day merupakan kegiatan yang dilakukan pada hari tertentu agar tidak menggunakan kendaraan bermotor. hal ini bertujuan agar mengurangi polusi udara yang terjadi di wilayah tersebut. Karena dengan car free day asap kendaraan bermotor otomatis berkurang dan membuat uadara semakin sehat untuk dihirup. Selain digunakan untuk mengurangi pencemaran car free day juga membuat suasana menjadi nyaman tidak bising dengan bunyi – bunyi knalpot kendaraan bermotor.
            Car free day merupakan solusi untuk menghindari kemacetan di kota – kota. Dengan adanya car free day bukan hanya kemacetan yang teratasi tetapi juga bisa menjadi sarana olahraga bagi masyarakat. Car free day membuat masyarakat setidaknya menggerakan tubuhnya seperti berjalan bersepeda maupun dengan jogging. Car free day dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan setidaknya membuat masyarakat sedikit mau menggerakan tubuhnya.
            Car free day sudah  bisa dijadikan untuk tujuan reflesing otak, kegiatan ini banyak terjadi di kota – kota besar dan di kampus – kampus. Car free day juga diadakan dikampus tercinta “UNIVERSITAS NEGERI MALANG” kegiatan tersebut dilakukan pada hari jumat saja, selain di kampus “UM” car free day juga dilakukan dijalan ijen malang pada hari sabtu dan pasti kegiatan tersebut dilakukan di kota – kota besar lainya.
            Car free day bisa dikatakan olahraga karena dengan adanya kegiatan tersebut masyarakat merasa difasiltasi untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang bisa menggerakan tubuh seperti lari,berjalan,bersepeda dan olahraga – olahraga lainya. Car free day merupakan jenis olahraga rekreasi karena pada kegiatan ini masyarakat tidak melakukan kegiatan olahraga yang sama. Olaraga ini dilakukan pada waktu senggang dan waktu yang luang meskipun banyak orang yang tidak menggunakan waktu ini untuk olahraga. Hari sabtu dan minggu merupakan hari yang paling sering dilakukan kegiatan car free day ini karena hari tersebut biasanya hari – hari yang luang.
            Kegiatan car free day berlansung 5 jam dari jam 5 pagi sampai jam 10 siang. Aturanya adalan sepanjang area tersebut tidak boleh dilewati kendaraan bermotor. acara car free day sangat mengundang antusias masyarakat karena dengan adanya kegiatan ini antusias masyarakat untuk datang sangat bagus. Meskipun orang yang datang semata – mata hanya ingin jalan – jalan santai saja dengan keluarga tidak melakukan kegiatan olahraga. Tapi juga tidak sedikit masyarakat yang melakukan olahraga pada area tersebut seperti lari ,senam, bersepeda, dan lain – lain.
            Acara car free day sangat bermanfaat bagi masyarakat selain untuk olahraga rekreasi car free day adalah sarana mengatasi kemacetan. Mungkin acara car free day bisa dijadikan budaya untuk masyarakat luas. Karena dengan car free day dapat mengurangi resiko kecelakaan , sebaiknya kegiatan ini dilestarikan atau mungkin car free day dijadikan solusi untuk mengatasi macet dengan cara anak yang masih duduk di bangku sma sederajat tidak dan jenjang dibawahnya boleh menggunakan kendaraan bermotor dan disarankan menggunakan sepeda biasa. Mungkin orang tua harus lebih paham mengenai hal ini.
            Car free day merupakan kegiatan yang menurut saya efektif untuk masyarakat jika dilakukan dengan benar. Di area kampus um masih banyak yang melanggar dengan mengendarai sepedanya masuk ke dalam. Menurut saya sebaiknya kegiatan ini dilakukan paling tidak seminggu 3x agar lebih efektif. Karena olahraga rekreasi ini penting untuk menjaga  tubuh tetap bugar.
            Dari permasalahan diatas makalah ini akan membahas apakan car free day sudah efektif untuk program olahraga masyarakat. apakah ada motifasi sendiri untuk masyarakat agar mereka sadar bahwa kegiatan car free day adalah kegiatan yang penting bagi kesehatan tubuh mereka atau apakah ada faktor lain untuk meningkatkan kesadaran mereka bahwa kegiatan ini sangat berperan penting untuk kesahatan mental , jasmain maupun rohani masyarakat tersebut.
            Sehingga manyarakat dapat menjadikan atau membuat pemikiran untuk slalu semangat berolahraga dan pastinya mereka lebih sadar bahwa mereka harus menjaga tubuh mereka dengan cara olahraga dan mengurangi polusi udara dan mngatasi kemacetan yang panjang, dengan informasi yang ada pada latar belakang diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS PROGRAM “CAR FREE DAY” UNTUK KEGIATAN OLAHRAGA MASYARAKAT”.








1.2 Rumusan Masalah
            Sesuai dengan permasalahan yang terjadi diatas maka penulis menemukan masalah yang timbul adalah:
1.      Apakah efektif progam “car free day” untuk kegiatan olahraga masyarakat?
2.      Apakah manfaat car free day untuk masyarakat?
3.      Apakah motifasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga?
1.3 Tujuan
            Dengan masalah yang akan dibahas mengenai program kegiatan car free day maka akan menghasilkan tujuan berikut
1.      Untuk mengetahui efektifitas program car free day untuk kegiatan olahraga masyarakat!
2.      Untuk mengetahui manfaat car free day untuk masyarakat!
3.      Untuk mengetahui motifasi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga!





















2. Pembahasan
2.1 Efektifitas Program Car Free Day Untuk Kegiatan Olahraga Masyarakat
            Program Car Free Day merupakan salah satu program untuk mengurangi dan mengendalikan pencemaran udara. Program Car Free Day pertama kali dilakukan di negara Belanda dan Belgia dalam rangka mengurangi krisis energi pada 25 November 1956 hingga 20 Januari 1957. Pada 19 April 2001 program Earth Car Free Day (ECFD) pertama kali diadakan dan serentak di seluruh penjuru dunia.
            Lebih dari 300.000 organisasi dan kota di seluruh dunia ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh The Commons WC/FD program and Earth Day Network. Pada tanggal 29 September 2009 lalu, World Car Free Day dirayakan di Washington, D.C. Kegiatan yang terdapat di sana antara lain terdiri dari reparasi kendaraan bermotor gratis, senam yoga dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
            Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa program Car Free Day ini merupakan sebuah proyek dunia dalam rangka mengurangi pencemaran udara. Hal ini termuat dalam proposal PBB mengenai The United Nations Car Free Days Programme, Di Indonesia sendiri, program Car Free Day pertama kali dikenal dengan program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, Car Free Day lahir di Surabaya sebagai Kota pertama kali di Indonesia yang menyelenggarakan Car Free Day pada tahun 2000. kegiatan tersebut merupakan bagian dari kampanye peningkatan kualitas udara kota yang bertema “Segar Suroboyoku Rek”.
            Kegiatan utama Car Free Day adalah penutupan jalan selama beberapa waktu dari arus lalu lintas kendaraan. Namun demikian, kendaraan angkutan umum masih bisa melintasi jalan tersebut. Untuk memanfaatkan ruang jalan yang ditutup maka dilakukan berbagai kegiatan seperti petunjukan kesenian, hiburan, permainan anak-anak, olahraga, lomba-lomba, parade sepeda dan kegiatan festival jalanan lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan suasana yang berbeda pada kota tersebut. (Nicolaus kanaf, 2010 dalam : efisiensi program car free day terhadap penurunan emisi karbon)       
            Menurut Bompa (1994:11) perkembangan keterampilan dan kemampuan berolah- raga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; 1) kelompok praktis dimulai olahraga; 2) kelom- pok umur pengkhususan; dan 3) kelompok untuk jangka penampilan tertinggi. Usia umum untuk memulai latihan bolabasket adalah usia 7-8 tahun, pengkhususan atau spesialisasi pada rentang usia 10-12 tahun, dan prestasi tertinggi dicapai pada usia 20- 25 tahun. 
            Sukadiyanto (2005:14-15) menambah- kan bahwa latihan bagi olahragawan yunior lebih ditekankan pada pengembangan kete- rampilan untuk pengayaan gerak dan bersi- fat menyenangkan, terutama untuk mengem- bangkan kemampuan fisiologis anak dalam menerima beban latihan. Berikut tujuan latihan yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan anak
            Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya adalah olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan sangat berkaitan langsung dengan masyarakat, karena pada dasarnya olahraga kesehatan melibatkan masyarakat secara merata tanpa melihat tingkatan umur, gender, lapisan masyarakat tertentu. Selain itu, olahraga kesehatan juga mencirikan 5 M dalam pelaksanaannya yaitu: massal, mudah, meriah, murah, dan manfaat. Olahraga kesehatan mampu memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional jasmaniah para pesertanya dengan pembebanan yang dapat diatur secara bertahap dalam dosis yang adekuat. Dalam olahraga kesehatan tidak hanya melatih aspek jasmaniah serta dapat juga menjangkau aspek rohaniah dan aspek sosial. Hal ini terlihat dari jumlah pesertanya yang massal dengan suasana yang informal, menimbulkan rasa gembira yang akan memberikan pengaruh positif terhadap rohani dan mendorong terjadinya pergaulan yang lepas dari hambatan-hambatan yang bersumber pada perbedaan kedudukan sosial dan tingkat ekonomi. 
            Rekreasi merupakan istilah yang lebih populer daripada waktu luang. Bahakan pandangan tradisional menjelaskan bahaw rekreasi adalah aktivitas waktu luang yang baik dilakukan secara individu atau kelompok tidak terikatoleh siapapun guna mencapai kepuasan tersendiri. Dalam implementasi aktivitasnya rekreasi ini tidak akan lepas dari unsur bermain, Bermain sering mengacu pada pengertian bebas, bahagia, dan ekspresi alami dari setiap manusi. Berkaitan dengan ini, maka manusia sering disebut dengan makhluk bermain (homo luens). Artina bermain sudah menjadi kebutuhan setiap manusia, Olahraga rekreasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan, untuk mencari kegembiraan, kepuasaan, persahabatan, dan meningkatkan kesegaran jasmani, bukan untuk memperoleh kemenangan atau prestasi saja. Adapun menurut ahli Olahraga Rekreasi yaitu olahraga yang merupakan rekreasi dan aktifitas yang dilakukan di waktu senggang bahkan merupakan hiburan. (Perrin Gerald A,1981,PL)





Jenis kegiatan dari olahraga rekreasi antara lain :
a)    Olahraga yang dilakukan dalam pertandingan atau perlombaan antar kelas antar sekolah, antar almamater dan sebagainya. Seperti pada jenis olahraga sepakbola, bola basket dan sebagainya
b)   Olahraga yang dalam pelaksanaanya hanya untuk memperoleh kesenangan, peraturanya dapat disederhanakan seperti permainan-permainan yang dilakukan di tempat-tempat rekreasi, seperti permainan bola voli yang dimainkan di tepi pantai maupun saat di lokasi car free day.
c)    Permainan anak-anak yang dilakukan untuk mengisi waktu luang, yang hanya menggunakan waktu singkat seperti permainan halma, kejar-kejaran dan sebagainya. Selain jenis olahraga tersebut masih banyak jenis olahraga yang dapat dipakai sebagai kegiatan dalam mengisi waktu luang seperti :
Tujuan olahraga dapat dibagi menjadi berbagai point – point. Dari sumber yang saya peroleh beriku adalah tujuan olahraga car free day atau olahraga rekreasi.
a)    Pengisi waktu luang
b)   Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan
c)    Sebagai imbangan subsisten activiti (kegiatan pengganti/pelengkap), contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja
d)   Sebagai pemenuh fungsi social (fungsi social ini dilakukan untuk kegiatan kelompok serta rekreasi aktif)
e)    Untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang menyenagkan
f)    Memperoleh kesenangan dengan cara berolahraga
g)   Memperkenalkan olahraga bahwa olahraga itu menyenangkan.

            Setelah mengetahui pengertian dari olahraga rekreasi langsung saja membahas tentang efektifitas program car free day ini yang termasuk dalam olahraga rekreasi. Sebuah program bisa dikatakan efektif jika tujuan yang dinginkan tercapai. Untuk mengetahui apakah program tersebut efektif dapat dilihat dari seberapa banyak pengunjung yang mendatangi kegiatan. Suatu kegiatan dapat dinilai sukses apabila jumlah pengunjung lebih dari yang diharapkan. Beberapa tahun belakangan ini kita mengenal kegiatan ramah lingkungan atau olahraga rekreasi yang dikenal dengan Car Free Day yang dilaksanakan diberbagai daerah di Tanah Air. Car Free Day adalah kegiatan mengurangi ketergantungan masyarakat penggunaan kendaraan bermotor atau dengan kata lain mengurangi ketergantungan akan alat transportasi. Seperti penutupan sebuah batas jalan dengan berbagai kegiatan seperti festival jalanan, bazaar, parade sepeda, dan kegiatan lainnya dan dengan adanya car free day ini masyarakat juga bisa olahraga dengan bebas.     
            Penutupan jalan akan memberikan  kesempatan kepada masyarakat untuk kembali berjalan kaki di jalan-jalan yang biasa dilewati kendaraan pribadi. Acara Car Free Day nasional mulai diselenggarakan pertama kali di kota Surabaya pada tahun 2000. Menyadari kondisi ini, pemerintah daerah dikota-kota besar mulai memikirkan untuk mencari solusi guna mengurangi kemacetan dan pencemaran polusi. Berbagai upaya dilakukan dengan menggulirkan beragam kebijakan. Program ini diberlakukan rutin setiap minggu dan hanya dijalur-jalur tertentu. Suksesya kegiatan Car Free Day dikota Surabaya, membuat kota-kota besar lainnya mengikuti kegiatan tersebut.  (Meviana, 2007:16) Didalam kegiatan Car Free Day tersebut, banyak kegiatan yang berlangsung, diantaranya senam, komunitas bersepeda, komunitas sepatu roda, komunitas skuter, komunitas fotografer, komunitas-komunitas tersebut menawarkan jasa kepada pengunjung dengan tarif yang terjangkau. Hal positif yang terlihat banyak masyrakat yang merasa senang dengan adanya kegiatan Car Free Day, karena masyarakat dapat merasakan nyamannya kota tanpa ada polusi udara, orang tua yang membawa anak-anak dapat bebas bermain tanpa menghawatirkan kendaraan Dalam sebuah kegiatan, opini dari pengunjung dapat dijadikan sebagai cermin untuk menilai bagaimana sebuah kegitan itu dapat dikatakan sukses. Opini merupakan sebuah pendapat, ide atau pikiran yang diungkapkan oleh seseorang untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap suatu keadaan atau pemikiran yang bersifat tidak objektif. Kasali (2008:19) mengatakan bahwa opini dapat dinyatakan secara aktif maupun secara pasif. opini dapat juga dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pandangan, sikap dan kesetiaan. Opini yang dinyatakan secara verbal disebut dengan overt opinion. Dalam Kegiatan Car Free Day pengunjung mempunyai opini atau penilaiannya tersendiri mengenai kegiatan Car Free Day. Baik opini yang bersifat positif dan negatif.      
            Dimana salah satu pengunjung berpendapat bahwa Car Free Day bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk senam, joging, dan berbagai macam aktivitas olahraga pagi lainnya. Namun di sini Car Free Day juga tampaknya dianggap bukan hanya sebagai tempat untuk menyegarkan tubuh, tetapi juga dijadikan sebagai tempat semacam adu gengsi, baik antara sesama pengunjung Car Free Day maupun antar komunitas tertentu. Areal yang multifungsi, ada yang benar-benar niat mau olahraga, ada yang sekedar cuci mata, namun ada juga yang hanya sekedar pamer antar para pengunjung Car Free Day dan juga antar komunitas (Riau Pos, 5 Februari 2012). Opini dari pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day, memiliki arah atau tujuan. Cutlip dan Center (2007:239), mengatakan bahwa arah opini mengindikasikan kualitas evaluatif dari predisposisi, yang memberi tahu evaluasi positif- negatif-netral atau evaluasi yang mendukung-menentang-netral. Opini bisa dilihat dari segi positif, negatif, atau netral atau dengan rasa suka-benci-netral. Pendapat dari pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day akan mengalami proses sebelum terbentuk menjadi opini.
            Pandangan masyarakat terhadap adanya kegiatan car free day kebanyakan berpendapat sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan masyarakat yang menyatakan bahwa mereka sangat senang dengan adanya kegiatan car free day ini. Mereka juga sangat antusias dan menyambut baik kegiatan-kegiatan yang ada di car free day. Persepsi masyarakat yang baik inilah yang bisa memperkuat citra baik car free day ini. Apalagi kegiatan  car free day ini juga sangat mendukung untuk olahraga rekreasi yang murah dan terfasilitasi selain itu car free day juga menjadi suatu media yang efektit untuk mengenalkan dan mensosialisasikan program olahraga untuk masyarakat. Sehingga citra car free day yang baik di mata masyarakat tentu saja juga akan memberikan dampak yang baik terhadap keberhasilan upaya program efektivitas untuk kegiatan olahraga masyarakat.
            Car  Free Days menjadi konsep yang sangat popular di banyak kota-kota besar, konsep ini sangat diminati karena tidak menggunakan cara paksaan dalam membiasakan masyarakat untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. Car Free Day ini selalu dipadati pengunjung untuk sekedar menikmati suasana pagi tanpa kendaraan. Dalam berjalannya Car  Free Day terdapat permasalahan yang bertolak belakang dengan tujuannya yaitu banyaknya jumlah pengunjung Car  Free Day ternyata tidak sedikit yang masih menggunakan kendaraan pribadi (motor dan mobil), sehingga Car Free Day menarik lalu lintas dan membangkitkan setelah acara selesai. Dari beberapa jurnal yang saya baca mungkin salah satu hal yang membuat program car free day ini tidak efektif adalah masih banyak masyarakat yang membawa kendaraan bermotor hal tersebut pasti membuat keadaan disekitar area menjadi tidak kondusif dan menjadikan program car free day kurang efektif.
            Car free day adalah salah satu kebijakan dimana kendaraan bermotor dilarang melintasi suatu jalan utangma dalam suatu kota yang sedang menyelenggarakan car free day pada jam tertentu sesuai dengan kebijakan masing-masing kota penyelenggara untuk memberikan ruang umum bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas olahraga yang sesuai dengan prinsip olahraga yaitu mudah, murah, aman,menyenangkan & menyehatkan. Untuk mendukung kebijakan mengenai adanya kegiatan car free day dimasing-masing Kota penyelenggara sekaligus untuk menghingari tanggapan negatif yang muncul dari masyarakat yang terganggu dengan adanya penutupan jalan yang dimana digunakan untuk melakukan kegiatan car free day (hari bebas kendaraan bermotor) maka kegiatan ini diperkuat dengan perda masing-masing daerah melalui Kepmen LH No. 15/1996 sesuai dengan program Langit Biru.
            Di Indonesia sendiri, program CFD pertama kali dikenal dengan program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Di hari itu seluruh kendaraan yang mengandung atau yang menghasilkan bau dari knalpot seperti mobil, motor dan kendaraan beremisi lainnya dilarang melintas di jalan yang telah ditentukan. Perlu adanya pemikiran optimisme jangka panjang dari stakeholder baik itu Pemerintah Kota maupun organisasi/komunitas lingkungan untuk menerapkan konsep lanjutan dari Car Free Day seperti Car Free permanent Street atau Car Free Day skala Kota. Pentingnya konsep lanjutan dilakukan karena Car Free Day yang hanya dilakukan beberapa jam belum akan mampu secara optimal untuk menurunkan penggunaan kendaraan pribadi, diawali dari Car Free Day yang dapat menarik antusiasme masyarakat dan harus dilanjutkan secara perlahan tahapan berikutnya berupa Car  Free Permanent skala kecil pada satu ruas jalan tertentu untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan membiasakan masyarakat menggunakan non motorized transportation .
            (Maslow, 1970) menerangkan proses evolusi transportasi perkotaan secara menyeluruh yang diawali pada era dimana pergerakan masih menggunakan tenaga hewan (kuda, kerbau, sapi, dan lainnya), kemudian era berikutnya yaitu awal munculnya motorize d transportati on , pada tahap ini hanya orang yang memiliki kekayaan yang menggunakan kendaraan bermotor. Tahapan selanjutnya memperlihatkan bahwa hampir setiap orang telah menggunakan kendaraan bermotor yang disebut full motorisastion stage, pada tahapan ini banyak munculnya permasalahan – permasalahan transportasi karena tidak terkontrolnya pertumbuhan jumlah kendaraan. Tahapan terakhir adalah kualitas hidup yang baik dengan penggunaan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda sehingga menuju transportasi berkelanjutan dan kota yang berkelanjutan.
2.2 Manfaat Kegiatan Car Free Day Untuk Masyarakat
            Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan segala kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja dan berfikir, akan berkurang atau bahkan hilang dengan terganggunya kesehatan kita. Oleh karena itu kita harus senantiasa mensyukuri nikmat sehat karunia Allah ini dengan senantiasa  memelihara dan bahkan meningkatkannya. Namun orang sering lupa bersyukur manakala ia sedang sehat dan baru akan menyadari betapa nikmatnya sehat setelah ia menjadi sakit. 
            Oleh karena itu masyarakat perlu melakukan olahraga setiap hari untuk membuat tubuhnya menjadi sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Olahraga juga dapat membuat tubuh terasa lebih bugar. Olahraga yang rutin tentunya membuat tubuh menjadi sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa ada kendala.
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fonterra dalam rangka menyambut hari osteoporosis dunia menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang paling tidak aktif dengan 68 persen respondennya menyatakan mereka berolahraga kurang dari tiga kali seminggu. Posisi kedua ditempati Singapura dengan jumlah responden 66 persen yang berolahraga kurang dari tiga kali seminggu. Posisi ketiga ditempati Malaysia dengan jumlah responden 59 persen. Sementara itu, negara yang menduduki peringkat terbaik dalam berolahraga adalah Vietnam dan Filipina dengan jumlah 60 persen dan 46 persen responden mengatakan mereka olahraga minimal tiga kali seminggu (health.detik.com).
            Maka diperlukan kegiatan yang menyenangkan agar masyarakat senang mengikuti olahraga yang notabenya sebagian besar oramg malas untuk melakukan kegiatan olahraga yang memiliki banyak manfaat. Kegiatan car free day adalah kegiatan yang menurut saya lumayan efektif untuk membangkitkan semangat masyarakat atas pentingnya olahraga.
            Menurut Hilmiawan (2011), tujuan dan manfaat kegiatan Car - Free Day  adalah sebagai berikut: 
a)    Mengurangi pencemaran udara dari kendaraan bermotor.
b)   Mendorong penggunaan alat transportasi alternatif selain kendaraan pribadi seperti angkutan umum, sepeda dan fasilitas pejalan kaki
c)    Meningkatkan kesadaran dan menginformasikan kepada warga kota bahaya tidak terkendalinya penggunaan kendaraan pribadi baik dari sisi kelancaran pergerakan dan kualitas udara kota.
d)   Mensimulasikan suasana dan kondisi kota saat jumlah kendaraan dibatasi.
e)    Jalan yang ditutup menjadi ruang publik dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan secara bersama-sama sehingga dapat menjalin dan mempererat hubungan masyarakat.
            Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik. Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoporosis, bentuk kanker, obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam olahraga juga dikenal untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri,  tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi. Ada tiga faktor yang berdampak pada partisipasi olahraga, yaitu faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya.             Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan  partisipasi masyarakat pada indeks pembangunan olahraga (SDI). Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya adalah olahraga kesehatan. Dalam olahraga kesehatan tidak hanya melatih aspek jasmaniah, juga menjangkau aspek rohaniah dan aspek sosial. Kesadaran masyarakat untuk berolahraga memberikan kontribusi dalam pembangunan individu dan masyarakat yang cerdas, sehat, terampil, tangguh, kompetitif, sejahtera, dan bermartabat. 
            Olahraga merupakan bagian yang  tidak  terpisahkan  dalam kehidupan  sehari-hari  masyarakat.  Melalui olahraga  dapat  dilakukan  national  character  building suatu bangsa,  sehingga  olahraga  menjadi  sarana  strategis  untuk  membangun kepercayaan  diri,  identitas  bangsa,  dan  kebanggaan  nasional. Partisipasi  masyarakat  dalam melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat  yang  ditunjukkan  dengan  peningkatan  partisipasi masyarakat pada indeks pembangunan olahraga (SDI) dari 0,345 pada tahun 2005 menjadi 0,422 pada tahun 2006. Pengukuran SDI sesungguhnya meliputi perkembangan banyaknya anggota masyarakat suatu  wilayah  yang  melakukan  kegiatan  olahraga,  luasnya  tempat yang  diperuntukkan  untuk  kegiatan  berolahraga  bagi  masyarakat dalam bentuk lahan, bangunan, atau ruang terbuka yang digunakan untuk kegiatan berolahraga dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Kebugaran  jasmani  yang  merujuk  pada  kesanggupan  tubuh  untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami  kelelahan yang berarti, serta jumlah  pelatih  olahraga,  guru  Pendidikan  Jasmani  dan  Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu (Menpora RI, 2010: 7).
            Selain itu, pemerintah juga berupaya dengan menyiapkan fasilitas berolahraga yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat umum, upaya tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri dan berdampak langsung pada adanya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk berolahraga secara teratur. Olahraga rutin sudah menjadi sebuah kebutuhan sebagai pola hidup sehat bagi masyarakat, hal tersebut dapat dilihat seperti adanya senam pagi, jalan sehat, fitnes, futsal, voli, sepak bola, sepeda santai yang juga sering digelar untuk masyarakat. Dengan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menjalankan aktifitas olahraga, terjadi peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran masyarakat dari tahun ke tahun. Olahraga apabila sudah tumbuh dan berkembang serta membudaya pada masyarakat, pada tahap berikutnya olahraga akan menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang sadar akan olahraga, tidak perlu lagi dipaksa atau disuruh untuk melakukan olahraga. Meskipun demikian, yang terjadi, pada keadaan masyarakat di Indonesia belum secara menyeluruh sampai kepada taraf ini (sadar dan butuh olahraga). Jika masyarakat telah menganggap olahraga sebagai kebutuhan, masyarakat akan lebih banyak belajar tentang olahraga, bagaimanakah olahraga yang benar untuk tujuan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya adalah olahraga kesehatan. Olahraga kesehatan sangat berkaitan langsung dengan masyarakat, karena pada dasarnya olahraga kesehatan melibatkan masyarakat secara merata tanpa melihat tingkatan umur, gender, lapisan masyarakat tertentu. Selain itu, olahraga kesehatan juga mencirikan 5 M dalam pelaksanaannya yaitu: massal, mudah, meriah, murah, dan manfaat. Olahraga kesehatan mampu memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional jasmaniah para pesertanya dengan pembebanan yang dapat diatur secara bertahap dalam dosis yang adekuat.
            Peran olahraga dalam mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas fisik yang baik sudah tidak diragukan lagi. Selain bermanfaat untuk jasmani, olahraga juga berperan dalam pengembangan karakter bangsa. Olahraga mampu melahirkan kebiasaan yang baik seperti jujur, disiplin, sportif, tanggung jawab, dan kerja sama (Siti Kosasih, 2013: )
Olahraga Kesehatan adalah Olahraga untuk memelihara dan/ atau untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya sehari-hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan rekreasi dan/ atau mengatasi keadaan gawat-darurat. Berbeda dengan Olahraga Prestasi yang menuntut kemampuan organ-organ tubuh secara maksimal, Olahraga Kesehatan justru melatih dan memelihara organ- organ tubuh untuk dapat tetap berfungsi normal dalam keadaan gerak (sehat dinamis) yang dengan demikian pasti normal pula dalam keadaan istirahat (sehat statis). 
            Oleh karena itu Olahraga, khususnya Olahraga Kesehatan hendaknya dijadikan sebagai materi pokok dalam pelaksanaan pembinaan mutu sumber daya manusia melalui pendekatan dari aspek jasmaniah. Diperlukan kreativitas yang tinggi untuk membuat berbagai variasi bentuk aktivitas gerakannya, agar olahraga kesehatan menjadi tidak membosankan, tetapi konsep dasarnya harus tetap Olahraga Kesehatan. Dampak psikologis yang sangat positif dengan diterapkannya Olahraga Kesehatan di Lembaga Persekolahan/ Pendidikan adalah rasa kesetaraan dan kebersamaan di antara sesama Pelaku, oleh karena mereka semua merasa dapat dan mampu melakukan Olahraga Kesehatan dengan baik secara bersama-sama. Sebaliknya, bila Olahraga kecabangan yang diterapkan (misalnya tenis meja, tenis, bulutangkis, dll) hal demikian dapat menyebabkan banyak orang menjadi merasa terpinggirkan dari kegiatan olahraga karena merasa tidak mampu berpartisipasi khususnya bila telah mengait ke aspek sosio-ekonomis oleh karena mahalnya sarana, prasarana dan pelaksanaannya.
            Dampak lebih lanjut dari rasa terpinggirkan ialah timbulnya kebencian atau ketidak-acuhan sebagian siswa/ orang terhadap olahraga ! Kondisi demikian merupakan kondisi psikologis yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan dan penyebar-luasan olahraga di masyarakat ! Dengan pengelolaan yang baik maka suasana lapangan dikala melakukan olahraga kesehatan, akan sangat meningkatkan gairah dan semangat hidup para Pelakunya ! Demikianlah maka potensi Olahraga (Kesehatan) sangat perlu difahami oleh semua fihak yang berkepentingan dalam pembinaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yang merupakan wujud dari peningkatan mutu sumber daya manusia.  Olahraga Kesehatan adalah Olahraga untuk memelihara dan/atau untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya sehari-hari (Sehat dinamis) yang bersifat rutin, maupun untuk keperluan rekreasi dan/atau mengatasi keadaan gawat-darurat. Olahraga Kesehatan meningkatkan derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat Statis (Sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat ! Malas berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga : menelantarkan diri ! 
            Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, gerak (Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-menerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul khususnya pada generasi muda yang aktif mengikuti kegiatan Olahraga dari pada yang tidak aktif mengikutinya (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson: Children in Sport  dalam Bloomfield,J., Fricker, P.A. and Fitch,K.D., 1992). Penulis meyakini bahwa hal demikian juga berlaku bagi para dewasa dan lanjut usia (lansia) yang aktif dalam olahraga. 
            Car free day adalah tempat untuk berolahraga untuk semua pengunjung. Agar masyarakat paham olahraga apa yang akan dia lakukan sebaiknya merekan mengetahui beberapa konsepsepnya. Olahrga digunakan agar tubuh kita sehat maka konsep dari olahrga itu antara lain Konsep: Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), adekuat, massaal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman) !  Massaal : Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang komunikasi sosial ! Jadi  Olahraga Kesehatan membuat manusia menjadi sehat Jasmani, Rohani dan Sosial yaitu Sehat seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO ! Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan cukup dalam intensitasnya.  Menurut Cooper (1994), intensitas Olahraga Kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM sesuai umur (Denyut Nadi Maximal sesuai umur = 220-umur dalam tahun).  Masalah intensitas yang kuat ini harus menjadi perhatian terutama pada Olahraga Kesehatan Sasaran–3 (lihat Sasaran Olahraga Kesehatan).   
            Bentuk olahraga yang memenuhi kriteria Olahraga Kesehatan yang dapat disajikan di Lembaga-lembaga Pembinaan mutu sumber daya manusia adalah misalnya:  Senam Aerobik, Pencak Silat, Karate yang kesemuanya dapat disajikan secara massaal, di samping tentu saja Jalan cepat dan/ Lari lambat (jogging). Tetapi yang terbaik ialah tiga yang pertama oleh karena dapat menjangkau seluruh sendi dan otot-otot tubuh, di samping juga merangsang otak untuk berpikir, khususnya senam aerobik, karena Peserta Senam Aerobik harus memperhatikan dan segera menirukan gerak instruktur yang selalu berubah tanpa pola, sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat dihafalkan ! Bila Peserta sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikir menjadi berkurang.  Oleh karena itu senam aerobik pada umumnya yang tidak berpola tetap, adalah lebih baik dalam hal rangsangannya terhadap proses berpikir yang akan meningkatkan kecerdasan dan khususnya bagi para lansia akan mencegah atau menghambat kepikunan.   Contoh Olahraga Kesehatan berbentuk senam yang dapat mencapai Sasaran-3 (Aerobiks) ialah Senam Pagi Indonesia seri D (SPI-D).  Satu seri SPI-D memerlukan waktu 1‘45‖, sehingga untuk memenuhi kriteria waktu yang adekuat maka SPI-D harus dilakukan minimal 6x berturut-turut tanpa henti, yang akan mencapai waktu 10.5 menit.  Menurut penelitian, bila SPI-D dilakukan dengan sungguh-sungguh maka intensitasnya dapat mencapai tingkat adekuat sesuai kriteria Cooper.  SPI-D ini macam gerak dan tata- urutannya sudah berpola tetap sehingga lama-kelamaan Peserta dapat menjadi hafal akan macam gerakan dan tata-urutannya.  Bila Peserta sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikir menjadi berkurang.  Oleh karena itu senam aerobik pada umumnya yang tidak berpola tetap, adalah lebih baik dalam hal rangsangannya terhadap proses berpikir. Tetapi dalam hal intensitas, senam aerobik berpola tetap seperti SPI-D lebih baik oleh karena gerakan yang sudah dapat dihafalkan dapat dilakukan dengan lebih intensif. 
2.3 Motifasi Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Untuk Berolahraga
            Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitastertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman 2010:73).
            Sardiman (2010 :73) motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukanakan MC. Donald ini mengandung tiga elemen yaitu :
1.    Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia.
2.    Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau”feeling”, afeksi seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoaalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang menentukan tingkah laku manusia.
3.    Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Motivasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah :
1.    Dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu,
2.    Usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak mendapat kepuasan dengan perbuatan ( Hasan Alwi 2007:756)
       Menurut Djamarah S.B. (2008:149-152) bahwa dalam membicarakan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut “motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”.
Motivasi Intrinsik
            Yang dimaksud dengan motivasi Instrinsik  adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri iindividu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi instrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut atau seremonial.
Motivasi Ekstrinsik
            Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:86-88) motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari hal ini berbeda dengan motivasi primer. Motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.Motivasi sangat penting untuk meningkatkan rasa peduli masyarakat untuk berolahraga kareana dengan motivasi masyarakat akan lebih semangat untuk melakukan kegiatan olahraga yang menurut mereka melelahkan.
            Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik. Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoporosis, bentuk kanker, obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam olahraga juga dikenal untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri,  tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi. Ada tiga faktor yang berdampak pada partisipasi olahraga, yaitu faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya.             Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan  partisipasi masyarakat pada indeks pembangunan olahraga (SDI). Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya adalah olahraga kesehatan. Dalam olahraga kesehatan tidak hanya melatih aspek jasmaniah, juga menjangkau aspek rohaniah dan aspek sosial. Kesadaran masyarakat untuk berolahraga memberikan kontribusi dalam pembangunan individu dan masyarakat yang cerdas, sehat, terampil, tangguh, kompetitif, sejahtera, dan bermartabat.
            Kemalasan melakukan sesuatu adalah hal yang sering dialami oleh semua orang. Dalam berolahraga, malas adalah hal yang cukup sering ditemui. Hal ini biasanya disebabkan oleh 2 dua hal, yaitu pertama, ketakutan akan sakit setelah melakukan olahraga. Rasa pegal yang muncul 1-2 hari sesudah latihan biasanya merupakan suatu pengalaman yang membuat jera, sehingga orang berpikir dua kali kalau diajak untuk kembali berolahraga. Sesi latihan dengan intensitas yang terlalu tinggi yang melebihi kapasitas tubuh adalah menjadi penyebabnya, ibarat bayi yang masih merangkak harus dipaksa berlari. Kedua, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan dan kebugaran. Orang yang tidak merasa perlunya menjadi pintar biasanya memang tidak rajin belajar. Sama juga dengan orang yang tidak menyadari pentingnya kebersihan biasanya akan malas untuk mandi. Demikian juga, orang yang kurang menyadari pentingnya hidup sehat dan bugar akan malas untuk berolahraga (Ade Truna, 2010: 53).
            Masyarakat Indonesia saat ini masih kurang menyadari akan pentingnya hidup sehat. Hal ini terjadi karena kurangnya animo/minat dan apresiasi masyarakat terhadap olahraga. Hasil Susenas menunjukkan bahwa partisipasi penduduk berumur 10 tahun ke atas dalam melakukan olahraga mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Peningkatan partisipasi olahraga hanya terjadi dari tahun 2000 sebesar 22,6 persen menuju tahun 2003 menjadi sebesar 25,4 persen. Dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 partisipasi penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4 persen pada tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen pada tahun 2006, dan terakhir turun menjadi 21,8 persen pada tahun 2009. Pola tersebut berlaku baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Partisipasi berolahraga penduduk perkotaan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Kondisi ini didukung oleh fasilitas dan jenis olahraga yang berkembang di perkotaan lebih banyak dibandingkan di perdesaan (Sekretaris Kemenpora, 2010: 18).
            Aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan osteoporosis, bentuk kanker, obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam aktivitas fisik juga dikenal untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan diri, tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi (VicHealth, 2010: 1). Secara fisiologis, olahraga dapat dijadikan wahana pemberdayaan kemampuan fungsi fisiologis seperti meningkatkan kesehatan, kebugaran, dan meningkatkan kualitas komponen kondisi fisik seperti kerja jantung dan paru-paru, kelincahan, kecepatan, dan kekuatan.  Secara sosial, olahraga dapat digunakan sebagai media sosialisasi melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Salah satu indikasi meningkatnya keinginan masyarakat akan derajat kesehatan yang tinggi, penampilan jasmani yang proporsional dan aktualisasi diri yang lebih luas dalam lingkungannya mencerminkan bahwa kebutuhan masyarakat semakin beragam sehingga membutuhkan tempat atau wahana yang dapat menyalurkan serta memenuhi kebutuhan tersebut (Zulkarnaen, 2010: 2). 
            Di negara Australia, ada beberapa faktor yang berdampak pada partisipasi dalam aktivitas fisik, yaitu sebagai berikut:
1.    Faktor Individu Hambatan untuk aktivitas fisik dikarenakan kurangnya waktu (40 %), dan cedera atau cacat (20 %).
2.    Faktor lingkungan Lingkungan yang dibangun hendaknya dapat mendukung aktivitas fisik. Beberapa bangunan didirikan di Australia tetapi masih kurang memperhatikan aspek dari aktivitas fisik. Pertimbangan seharusnya diberikan kepada aspek pembangunan yang memiliki dampak signifikan pada tingkat aktivitas fisik, termasuk penyediaan jalan setapak, jalan konektivitas, dan ruang hijau yang dapat dimanfaatkan untuk berolahraga.
3.    Faktor Sosial dan Budaya Biaya berpartisipasi dalam aktivitas fisik menjadi salah satu faktor penghambat bagi sebagian keluarga.
            Hal ini dibuktikan dengan korelasi kuat antara partisipasi olahraga dan pendapatan keluarga di Australia. Selain itu, terlihat sekali bahwa masyarakat yang sudah membudayakan olahraga akan lebih optimal dalam pekerjaan maupun melangsungkan hidupnya.
Adapun teori – teori motivasi yang sebaiknya diketahui. Teori-teori Motivasi antara lain.
Teori yang menurut sardiman A.M (2010:82-83) dibagi menjadi 3 teori yaitu:
1) Teori insting 
        Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkat jenis animal/binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan itrinsik atau pembawaan. Dengan pemberian respon dengan adanya kebutuhan seolah-olah tanpadipelajari.
2) Teori Biologis
            Teori ini juga adisebut “behavior teoritis”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhin kepuasan dan kebutuhan untuk memenuhi kepuasaan fisik, Atau disebut sebagai kebutuhan primer seperti kebutuhan akan makan, minum, udara dan lain-lian yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang.
3) Teori Psikoanalitik
            Teori ini mirip dengan teori intrinsik tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur yang ada pada dirimanusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adaya unsure pribadi manusia yaitu ide dan ego.

Ada 7 teori motivasi menurut Ahmad rivai dan Catrina Tri Anni (2009:169-183) yaitu:
1) Teori Belajar Behavioral 
Para pakar behavioralisme tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi merupakan produk dari sejarah pengetahuan.
2) Teori Kebutuhan Manusia
Abraham Maskey merupakan pakar teori kebutuhan manusiayang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak dasar yang semuanya harus dipenuhi seperti, makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif. 
3) Teori Disonansi 
Menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra yang positif merupakan motivator yang sangat kuat, kebanyakan anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya.
4) Teori Kepribadian
Istilah motivasi umunya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu.
5) Teori Atribusi
Teori ini berupaya memahami dan menjelaskan alas an-alasan perilaku terutama apabila diterapkan pada keberhasilam atau kegagalan anak.
6) Teori Harapan
Dalam teori ini motivasi anak untuk memperoleh sesuatu adalah tergantung pada produk dari estimasinya terhadap peluang untuk mencapai keberhasilan, dan nilai yang ditempatkan atas keberhasilan yang dicapai.
7) Teori Motivasi Berprestasi
Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi yakni kecenderungan utnuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan.
Pendapat Pengunjung Mengenai Kegiatan Car Free Day Di Kota Malang Dan Kampus Universitas Negeri Malang
            Hasil wawancara dengan salah satu narasumber menunjukan opini bahwa kegiatan car free day di kota malang masih kurang efektif untuk kegiatan berolahraga. Hal tersebut dapat ditentukan dari pengalaman masa lalu mereka saat mengikuti kegiatan Car Free Day di jalan ijen malang dan di kampus um. Tidak semua pengunjung memiliki pengalaman yang sama mengenai kegiatan Car Free Day. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pengunjung, semakin beragam pula persepsi pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day di Kota wilayah tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan, perasaan dan tingkah laku merupakan sikap yang terbentuk dari persepsi pengunjung. Pengetahuan, perasaan pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day hingga tindakannya akan membentuk opini pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day. Pengunjung yang sering mengikuti kegiatan Car Free Day di jalan ijen tentu dapat merasakan bagaimana suasana yang dirasakannya dan membandingkannya dengan suasana Car Free Day di Kota lainnya. Bagaimana suasana Car Free Day yang diharapkannya. . 
1.    Opini positif pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day di kampus malang.
Keadaan yang bebas dari polusi selama kegiatan Car Free Day di kampus malang dapat membuat mahasiswa merasa nyaman, suka, dan memanfaatkan kegiatan tersebut untuk benar-benar olahraga dengan tujuan menyegarkan tubuh. Sikap senang yang diperlihatkan oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa khususnya mahasiswa fik menaruh atau parkir di gerbang veteran hanya bertujuan agar dapat berjalan sampai di fakultas fik. Karena dengan berjalan menurut narasumber anggota tubuh semua bergerak dan hal tersebut dapat membuat tubuh kita merasa lebih rileks.
2.    Opini negatif pengunjung mengenai kegiatan Car Free Day di Kampus malang.  
Opini negatif menurut narasumber yang saya peroleh kata dia kegiatan tersebut masih belum bisa dikatan olahraga karena olahrga kan minimal 1 minggu 3x tapi untuk cfd di kampus masih belum berjalan efektif. Selain itu car free day hanya 1 x dalam seminggu dan masih banyak mahasiswa yang meletakan sepedanya di fakultas dan tidak menggunkan kegiatan tersebut dengan olahraga yang semestinya dilkakukan. Hal tersebut seharusnya ditanggulangi dengan memarkir sepeda hanya di gerbang veteran , semarang , surabaya, dan ambarawa agar polusi yang masuk di area kampus juga dapat teratasi dengan kegiatan tersebut.
  
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
            Dari beberapa informasi dari narasumber dan dari jurnal nasional maupun internasional yang saya peroleh saya dapat menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut masih kurang efektif, Karena olahraga sebaiknya dilakukan 3x dalam seminggu untuk membuat hasil yang diinginkan. Jadi kalau hanya mengandalkan car free day saja masih kurang efektif untuk olahraga. Dan dari opini – opini narasumber kegiatan tersebut masih kurang efektif karena tidak menjalani aturan yang ada. Banyak orang yang masih menggunkan kendaraan bermotor di area tersebut. Dan masih banyak orang yang hanya cuci mata saja di kegiatan tersebut tidak melakukan kegiatan olahraga. Car free day merupakan motivasi untuk masyarakat menyukai olahraga dengan diadakanya car free day kegiatan olahraga akan semakin menaraik karena dilakukan bersama – sama orang banyak. Tapi opini tersesebut hanyalah opini karena pelaksanaan car free day masih belum maksimal.
3.2 Saran
            Untuk melakukan kegiatan car free day dengan baik sebaiknya masyarakat juga sadar untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor di area car free day karena hal tersebut mengganggu udara dan orang yang berolahraga. Selain itu berjualan diarea car free day sebaiknya ditiadakan Dan sabaiknya lakukan olahraga seminggu 3x tidak hanya pada car free day.

Daftar pustaka
Jurnal Nasional
Ridjanović, Midhat. PhD, July 2013, "Naive Translation Equivalent". Translation Journal. Volume 17, No. 3, http://translationjournal.net/journal/65naive.htm, 10 July 2013.
Ristanto, Beni Adhi. Phd, 2013, “Survei Motivasi Masyarakat Kota Purwodadi Untuk Beraktivitas Gerak Olahraga Menyongsong Kebijakan Car Free Day Di Kabupaten Grobogan  Setiap Minggu”.2015
Analisis Car-Free Days Berdasarkan Persepsi Pengunjung Dalam Konteks Perubahan Perilaku Penggunaan Kendaraan Pribadi. Studi Kasus: Car Free-Days Jalan Ir. H.Juanda (Dago) .
Opini Pengunjung  Mengenai Kegiatan Car Free Day Di Kota Pekanbaru.
Dampak Solo Car Free Day Terhadap Citra Kota Solo Sebagai Green City.
Kesadaran Masyarakat Berolahraga Untuk Peningkatan Kesehatan Dan Pembangunan Nasional.
Efisiensi Program Car Free Day Terhadap  Penurunan Emisi Karbon.
Jurnal Olahraga Pendidikan.
Penyuluhan Manajemen Olahraga Kesehatan Dan Rekreasi Di Obyek Wisata Situ Ciburuy Kabupaten Bandung.
Implementasi Program Car Free Day Di Kota Semarang.
Jurnal Internasional
International Energy & Environment Foundation. All rights reserved. Monitoring of air pollution spread on the car-free day in the city of Veszprém